Lonely

Unsplash

Pernah mendengar entah dimana, bahwa kita hakikatnya hidup sendiri, tanpa ada orang yang benar benar peduli.

Malam ini aku teringat kembali pernah membaca kalimat itu dan membenarkan, bahwa iya memang tidak ada yang benar benar peduli dengan kita selain diri kita sendiri.

Segala hubungan dengan orang lain sifatnya transaksional, mengharap hal lain satu sama lain dengan menyebutnya “simbiosis mutualisme”.

Bahkan dunia dan orang lain lebih kejam dari pada itu, kita saling memanfaatkan dengan atau tanpa kesadaran dan kesengajaan.

Semua orang ingin dihormati tanpa mau menghormati. Ingin dibantu tanpa mau membantu, menyusahkan tanpa mau disusahkan.

Memberikan gelar baik bagi yang membantu tanpa mau tau keadaannya, diberikan gelar buruk bagi yang menolak atau tidak sama dengan pandangannya.

Manusia itu lebih dari hewan, atau manusia mmg hewan?

Tambelangan, 25 feb 2023

Perasaan lama

Photo by Min An on Pexels.com

Aku pernah menuai bahagia atas rasa, lalu mengubur luka dengan air mata.

Perasaan yang mengajarkan apa itu tujuan pulang, apa itu sayang tanpa peduli anggapan pikiran.

Aku menemukan bunga yang beberapa kali terlewati di perjalanan mencari bunga untuk hati; dia tak istimewa, tapi menjadikan semuanya istimewa. dia tak sempurna, tapi bersamanya menjadi sempurna. Dan entah kenapa, bunga itu mekar diantara bunga-bunga yang lain terlihat sukar.

kini sudah keempat kalinya aku mencoba membuat kenangan, mengenal lebih jauh dan menemukan kenyamanan.

Tangannya sekeras dan selembut hatiku mencintainya;

candanyaaa… ahhh membuatku lupa akan nikmat tuhan yang lain; seketika hanya dia yang aku ingin.

Pontianak, 17 agustus 2022 ~

Melupa

……………….

Tak seperti biasanya, segala cara agar lupa sudah kucoba.

Rasanya, aku tak bisa melupakanmu, tak bisakah aku memilikimu saja?

Beruntungnya aku penganut hukum simbiosis mutualisme, yang selalu percaya jika aku rindu kaupun sama, jika aku tak bisa lupa kaupun juga.

Semoga, masih bisa bersua.

Categories You

Apa kabar?

Semoga kau baik-baik saja.

Tak ada yang lebih bahagia bagiku selain keadaanmu yang baik-baik saja.

Sudah mulai aku menerima, bahwa memang iya aku tak bisa memaksa.

kau bahagia dengan dia. Aku bahagia dengan kebohongan berpura-pura bahagia.

Categories You

Sajak Tafsir

Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu

Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin

Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah
tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu

Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam

Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu
Tolong ciptakan makna bagiku
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba.

~ Sapardi, Selamat jalan. Sajakmu abadi

Hepatomegali

hepatomegali

Paru-paruku sesak akibat tiada lagi sisa kehadiranmu yang bisa aku hirup. Kabar tentangmu hanya membuat cemburu semakin meletup.

Hatiku berpijar menyala, membakar semua rasa di awal cerita kita. Mengurai duka, ketiadaanmu menggiring hatiku pada setiap luka. Membekas atas nama tidak terima, jeratan sesal mengepung seiring kepergianmu ke relung hatinya.

Melihatmu,
Pemandangan terindah yang membuat hatiku semakin berdarah.

Mendengarmu,
alunan nada paling merdu membias cuacu semakin sendu.

Mengingatmu,
penyiksaan terbaik membuat air mata menitik.

Meraba pelukmu,
cambukan teristimewa membuat ragaku sakit oleh kecewa.

Merapal jejakmu,
langkah paling tepat menginjak lara yang semakin pekat.

Dan meng-ihklaskan kepergianmu,
sebuah prestasi yang masih sebatas mimpi.

Sebab seribu pelukan tetap menguap dihadapkan sebuah kepergian.

Tuhan, bila mendambanya adalah sebuah sakit, maka jangan pernah beri aku sembuh. Bila menyayanginya adalah kesalahan, maka jangan pernah tunjukan aku sebuah kebenaran. Bila mencintainya adalah sebuah dosa, maka berikan tempat terindah bagiku di neraka.

/East java, Masih bersama perasaan lama, 10 july 2020

Berlebih lebihan

Berapa harga sebuah kabar? Tak cukupkah kutebus dengan rindu yang ber debar debar?

Hanya satu pintaku, kabarmu.

Aku tak menuntut lebih, sadar diri bahwa memang aku tak pantas memiliki.

Hanya…

Kasihanilah hati yang sulit berpindah ini, boponglah dia, hantarkanlah pulang dalam keadaan baik baik saja.

Tak sanggup aku menahan sesak, rindu berdesak di dada, melepuh di genangan darah luka hati yang bernanah.

Berlari aku mencintaimu, terpingkal aku melupakanmu. Kau telah kukenalkan kepada semua harapan, kau regas seluruhnya dengan satu ucapan.

Kesalahanku, mengharapmu berlebihan. Menjadikanmu satu satunya alasan. Memimpikanmu menjadi tujuan pulang.

/East Java, 08-juli-2020

Terhimpit

Malam yang biasa menjadi hal yang aku tunggu, kini menjelma penjara berdinding rindu beratapkan api cemburu.

Menghimpit, menyekik hati yang kian teriris.

Rindu mengitari langit, tak lagi menemukan tempat berlabuh, kau yang menjadi tujuan, kini lenyap dipelukan dia yang kau harap masa depan.

Percayalah, tak mampu hati menahan pilu.

Harapan, tujuan, mimpi kini melarung bersama kerasnya air sungai kebohongan.

Kau yang berbahagia, aku yang menanggung lara.

Kau yang merajut, aku yang makin larut.

Sudah sepantasnya hati ini mati, tepat saat kau menggandeng tangannya, berdekap mesra jari jemari.

Aku hanya bisa tersenyum mengingat senyum, membuka pesan lama, mengarungi palung kenangan saat kita baik-baik saja.

Terima kasih telah pernah ada.

/Purnama hilang, 6 juli 2020

Damba menghamba

Tidurku tak nyenyak, kau yang selalu mengisi mimpi, kini pergi bersama fajar di pagi hari.

Terengah-engah aku mencibir rongga, menjadikan kamu satu satunya oksigen dan kini tiada.

Aku mati bersama turunnya hujan di bulan pancaroba. Diiringi melodi nestapa, diselimuti kain duka lara.

Rindu yang biasa menjadi pengisi waktu, kini terhempas di larungan sungai merah darah hati yang patah.

Kau kesayangan, tak mampu kujadikan kenangan, terlalu dalam kutancapkan perasaan, mengenai ujung hati, dan terkunci bersama gelak tawamu yang tak akan terganti.

Kau dambaan, ingatan tentangmu masih saja menjalar, tak mampu kutepiskan, biarkan terkubur bersama jasad rindu yang lelah berjuang, sendirian di tepi malam.

Aku masih mencintaimu dalam diam.

/East java, 5 juli 2020, tepat di malam kau hunuskan pedang penolakan.